BICARA tentang khalayak, topik-topik dalam JurnalPivot meliputi semacam pengorganisasian terstruktur dari sebuah interaksi sosial. Akan tetapi, Gambaran yang utuh tentang kehidupan sosial adalah adalah mitos belaka. Dalam upaya mencapai sebuah pengertian, mesti ada suatu usaha dalam skala mikro.
It is the mark of an educated mind to be able to entertain a thought without accepting it (Aristoteles)
Apa yang kami kerjakan?
JurnalPivot hadir sebagai sebuah jurnal dan platform daring untuk memperbincangkan aspek humaniora dan ilmu sosial. Kontennya pun relatif mencla-mencle bisa bicara tentang sastra, politik, seni, hingga ke filsafat. Platform ini utamanya berkomitmen untuk meneroka isu mengenai kebebasan berpendapat dan berekspresi, demokrasi, dan sekularisme.
Kami hadir sebagai sebuah kanal yang menyediakan akses terhadap pengetahuan dan filsafat sebagai prasyarat dalam bermasyarakat melalui artikel, esai, review, resensi, dan wawancara. Misi kami adalah untuk, “Mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui kritisisme”. Jangan salah: kritisisme bukanlah sinisme. Memang, kritisisme dapat bermuatan sinisme.
Tapi, bukanlah niat kami untuk menjerumuskan sesuatu dengan sinis. Kami percaya dan kerasan bahwa kritisisme adalah salah satu cara paling efektif untuk memantik pikiran. Singkatnya, “Berpikirlah!”
Kontak
Jika tertarik untuk bekerja sama, termasuk mengirim tulisan, sila hubungi kami lewat:
- konstruktivismeid@gmail.com (Surat Elektronik)
- @jurnal.pivot (Instagram)
Dedengkot di balik JurnalPivot
Jonathan K.
Jonathan K. adalah mahasiswa tingkat akhir Hubungan Internasional yang lebih banyak bergulat dengan deadline skripsi. Tidak percaya sejarah berjalan lurus. Baginya, kadang, ketidakterpahaman akan sejarah itu justru bukti bahwa kita sedang berada di jalur yang benar.
Reyner T.
Reyner T. adalah lulusan Hubungan Internasional yang lebih dulu bebas dari skripsi dibanding Jonathan K.—bahkan saat Jonathan masih debat judul, Reyner sudah kirim draft bab lima. Tenang, metodis, dan agak terlalu akrab dengan dosen pembimbing, Reyner membuktikan bahwa riset bisa selesai tanpa air mata, asal ditemani JKT 48.